Mengenai AORSI:
AORSI adalah akronim dari Asosiasi Olah Raga Sketsa Indonesia.
AORSI adalah wadah bagi kreatifitas yang tidak boleh mengenal kata ‘mandeg’ dalam berkarya.
AORSI secara organisasi adalah lembaga non profit perkumpulan para penggemar sketsa dimanapun dan dari latar belakang apapun untuk saling bertukar informasi, ide, gagasan seputar seni sketsa yang digelutinya.
AORSI memaknai dunia olah raga sebagai atmosfir, spirit dan inspirasi dalam menggerakkan kreatifitas berseni rupa yang progresif dan dinamis.
AORSI juga adalah organisasi seni rupa pertunjukan (performance art) yang cair dengan basis media sketsa sebagai elemen pertunjukannya
Sejarah:
Berawal dari acara “GESSTOK (Gebrakan Sketsa Satu Oktober); Pameran Sketsa Joseph Wiyono dan Syahrizal Pahlevi” di Studio kalahan, Gamping, Yogyakarta pada 1-10 Oktober 2016. Di malam pembukaan diadakan performance art “Battle Sketsa-Kejuaraan Profesional Sketsa Cepat”, youtu.be/Hd8Fr8TRV0A sebuah kegiatan yang mencampurkan antara atmosfir olah raga dengan media seni rupa. Guna mendukung kompetisi sketsa yang dibalut dalam suasana layaknya adu tinju atau pentas mix martial arts tersebut dibuatlah sebuah logo “Asosiasi Olah Raga Sketsa Yogya” atau AORSY sebagai pengikat dan elemen senirupa untuk mewarnai acara. Selesai kegiatan muncul ide dari beberapa perupa yang terlibat untuk melanjutkan acara Battle Sketsa di kesempatan-kesempatan lain dan untuk itu dibutuhkan wadah agar persiapan dapat dilakukan secara terorganisir dan rapih. Pada tanggal 5 Oktober 2016, bertempat di Studio Kalahan selepas acara diskusi, secara aklamasi dibentuklah AORSI atau Asosiasi Olah Raga Sketsa Indonesia untuk menggantikan AORSY. Lingkup Indonesia dirasa lebih tepat dibanding lingkup Yogya mengingat penggemar sketsa ada dimana-mana sehingga AORSI dapat juga menjadi wadah buat mereka. Lalu disusunlah pengurus inti yang terdiri dari penasehat, dewan pembina, ketua dan wakil untuk periode 2016 – 2020. Selanjutnya AORSI diharapkan tidak hanya mewadahi kegiatan Battle Sketsa namun juga dapat menjadi wadah alternatif bagi pergerakan seni sketsa di tanah air yang tidak pernah diam.
KONSEP:
SKETSOFRENIA
( Sketsa-sketsa garis-garis jiwa )
Oleh Joseph Wiyono
Pengertian sketsa yang paling mendasar adalah ‘catatan’ seorang perupa ketika merekam sesuatu yang dilihatnya, atau berupa ‘catatan’ momen kilasan ide yang bisa menjadi gagasan untuk dipakai kemudian dalam proses berkarya, atau dapat juga dikatakan sebagai bagian proses kreatif dalam menggambarkan citra, gagasan, atau prinsip dalam bentuk mentah dan seketika.
Unsur elementer sekaligus pokok dalam sebuah karya sketsa adalah garis. Garis menjadi unsur yang praktis dan ekonomis, serta tidak merepotkan dalam hal fungsinya ketika berada dalam keterbatasan ruang dan waktu, terkait munculnya gagasan atau objek yang muncul secara tidak terduga. Sembarang media yang ‘memenuhi’ unsur kegarisan dan kegoresan sudah cukup sempurna untuk dipakai menghasilkan karya sketsa. Begitu fleksibelnya berkarya sketsa hingga mampu menjangkau berbagai medan situasi yang mustahil dilakukan selayak berkarya seni rupa pada umumnya. Sketsa ibarat pemain atau medium tunggal jika diperbandingkan dengan kompleksitas proses berkarya seni rupa sempurna yang memerlukan berbagai macam unsur rupa dan kelengkapan medianya. Sebuah ungkapan menarik pernah disampaikan Kusnadi, ia berkata bahwa sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkestra yang lengkap. Ungkapan ini menguatkan fungsi sketsa sebagai ungkapan estetis yang dibuat dengan sangat sederhana dan efektif karena (hanya) menggunakan garis secara hemat dan tepat.
Sketsa menjadi proses studi seorang perupa ketika menggali berbagai kemungkinan estetis yang kelak diacu dan dikembangkannya untuk kesempurnaan karya. Perupa-perupa besar dunia melakukan berbagai macam studi dan riset terhadap berbagai objek yang diperlukan untuk melahirkan karya seni rupanya dalam bentuk sketsa. Perekaman detail sebuah objek hingga perancangan komposisi secara global maupun rinci berawal dari garis-garis yang itu juga bisa disebut sebagai sketsa. Metamorfosis karya seni lukis Fajar Sidik bisa menjadi contoh bagaimana kekuatan garis dalam sketsa-sketsa maupun karya-karyanya secara gamblang menuntun kita menelusuri dan merunut periodesasi perkembangan karyanya.
Pemahaman sketsa sebagai karya sempurna atau karya seni rupa murni hingga disebut sebagai karya mandiri yang lepas dari ‘konotasi’ kerja rancangan, studi, maupun keisengan belaka tidak lepas dari keterlibatan rasa dan emosi si perupa di dalamnya. Kemampuan menggaris dan menangkap citra suatu objek secara seketika dan efektif dalam praktiknya memerlukan keahlian yang sudah terlatih. Menggoreskan sebuah garis sejalan dengan nilai atau pilihan estetis si perupa niscaya melibatkan ketajaman rasa dan kualitas artistik yang bersangkutan. Faktor dari dalam yang menentukan kualitas ‘jiwa’ sebuah garis hingga kesempurnaan karya sketsanya dalam perspektif estetika timur disebut taksu. Interaksi intens antara gerak luwes tangan ketika menggaris dan emosi ketika berhadapan dengan objek adalah pergulatan panjang dalam upaya menemukan taksu atau jiwa yang niscaya menyatu dan terlahirkan lewat garis-garis dalam sebuah karya sketsa.
Sketsa adalah tindakan sederhana untuk menaklukkan keliaran jiwa yang meletup-letup tak terkirakan……
Joseph Wiyono
Sketsa dan Pertunjukan
Oleh: Syahrizal Pahlevi
Sketsa tidak akan pernah mati. Sketsa masih tetap menantang. Untuk belajar menarik garis, untuk latihan memahirkan tangan, untuk persiapan karya atau proyek lainnya, untuk merekam momen secara manual dan cepat dan sebagainya. Pekerjaan membuat sketsa juga dapat membahagiakan, memberi hiburan, melepaskan stress, media terapi hingga menjadi profesi.
Membuat sketsa pada waktu kuliah dahulu dengan membuat sketsa pada masa kini tentulah tuntutannya berbeda. Juga sikap dan pandangan terhadapnya. Agar tetap bertahan sketsa perlu disegarkan dengan melakukan proyek-proyek eksperimental dan mengkolaborasikannya dengan berbagai aspek dan media. Sketsa menarik untuk dieksplorasi dan perlu dibawa ke wilayah pertunjukan.
“Battle Sketsa - Kejuaraan Profesional Sketsa Cepat (BSKPSC)” adalah olah raga hibrid yang menggabungkan disiplin olah raga ke dalam aktifitas seni rupa. Disiplin olah raga yang identik dengan fisik, stamina, skill dan strategi bercampur dengan aktifitas seni rupa yang mengolah rasa, pikiran, emosi dan artistik dalam panggung bersama yang akan memacu adrenalin. Ini adalah pertunjukan interaktif dimana partisipasi penonton menjadi bagian karya.
SKETSOFRENIA
( Sketsa-sketsa garis-garis jiwa )
Oleh Joseph Wiyono
Pengertian sketsa yang paling mendasar adalah ‘catatan’ seorang perupa ketika merekam sesuatu yang dilihatnya, atau berupa ‘catatan’ momen kilasan ide yang bisa menjadi gagasan untuk dipakai kemudian dalam proses berkarya, atau dapat juga dikatakan sebagai bagian proses kreatif dalam menggambarkan citra, gagasan, atau prinsip dalam bentuk mentah dan seketika.
Unsur elementer sekaligus pokok dalam sebuah karya sketsa adalah garis. Garis menjadi unsur yang praktis dan ekonomis, serta tidak merepotkan dalam hal fungsinya ketika berada dalam keterbatasan ruang dan waktu, terkait munculnya gagasan atau objek yang muncul secara tidak terduga. Sembarang media yang ‘memenuhi’ unsur kegarisan dan kegoresan sudah cukup sempurna untuk dipakai menghasilkan karya sketsa. Begitu fleksibelnya berkarya sketsa hingga mampu menjangkau berbagai medan situasi yang mustahil dilakukan selayak berkarya seni rupa pada umumnya. Sketsa ibarat pemain atau medium tunggal jika diperbandingkan dengan kompleksitas proses berkarya seni rupa sempurna yang memerlukan berbagai macam unsur rupa dan kelengkapan medianya. Sebuah ungkapan menarik pernah disampaikan Kusnadi, ia berkata bahwa sketsa ibarat gesekan biola tunggal, sedangkan lukisan merupakan sebuah orkestra yang lengkap. Ungkapan ini menguatkan fungsi sketsa sebagai ungkapan estetis yang dibuat dengan sangat sederhana dan efektif karena (hanya) menggunakan garis secara hemat dan tepat.
Sketsa menjadi proses studi seorang perupa ketika menggali berbagai kemungkinan estetis yang kelak diacu dan dikembangkannya untuk kesempurnaan karya. Perupa-perupa besar dunia melakukan berbagai macam studi dan riset terhadap berbagai objek yang diperlukan untuk melahirkan karya seni rupanya dalam bentuk sketsa. Perekaman detail sebuah objek hingga perancangan komposisi secara global maupun rinci berawal dari garis-garis yang itu juga bisa disebut sebagai sketsa. Metamorfosis karya seni lukis Fajar Sidik bisa menjadi contoh bagaimana kekuatan garis dalam sketsa-sketsa maupun karya-karyanya secara gamblang menuntun kita menelusuri dan merunut periodesasi perkembangan karyanya.
Pemahaman sketsa sebagai karya sempurna atau karya seni rupa murni hingga disebut sebagai karya mandiri yang lepas dari ‘konotasi’ kerja rancangan, studi, maupun keisengan belaka tidak lepas dari keterlibatan rasa dan emosi si perupa di dalamnya. Kemampuan menggaris dan menangkap citra suatu objek secara seketika dan efektif dalam praktiknya memerlukan keahlian yang sudah terlatih. Menggoreskan sebuah garis sejalan dengan nilai atau pilihan estetis si perupa niscaya melibatkan ketajaman rasa dan kualitas artistik yang bersangkutan. Faktor dari dalam yang menentukan kualitas ‘jiwa’ sebuah garis hingga kesempurnaan karya sketsanya dalam perspektif estetika timur disebut taksu. Interaksi intens antara gerak luwes tangan ketika menggaris dan emosi ketika berhadapan dengan objek adalah pergulatan panjang dalam upaya menemukan taksu atau jiwa yang niscaya menyatu dan terlahirkan lewat garis-garis dalam sebuah karya sketsa.
Sketsa adalah tindakan sederhana untuk menaklukkan keliaran jiwa yang meletup-letup tak terkirakan……
Joseph Wiyono
Sketsa dan Pertunjukan
Oleh: Syahrizal Pahlevi
Sketsa tidak akan pernah mati. Sketsa masih tetap menantang. Untuk belajar menarik garis, untuk latihan memahirkan tangan, untuk persiapan karya atau proyek lainnya, untuk merekam momen secara manual dan cepat dan sebagainya. Pekerjaan membuat sketsa juga dapat membahagiakan, memberi hiburan, melepaskan stress, media terapi hingga menjadi profesi.
Membuat sketsa pada waktu kuliah dahulu dengan membuat sketsa pada masa kini tentulah tuntutannya berbeda. Juga sikap dan pandangan terhadapnya. Agar tetap bertahan sketsa perlu disegarkan dengan melakukan proyek-proyek eksperimental dan mengkolaborasikannya dengan berbagai aspek dan media. Sketsa menarik untuk dieksplorasi dan perlu dibawa ke wilayah pertunjukan.
“Battle Sketsa - Kejuaraan Profesional Sketsa Cepat (BSKPSC)” adalah olah raga hibrid yang menggabungkan disiplin olah raga ke dalam aktifitas seni rupa. Disiplin olah raga yang identik dengan fisik, stamina, skill dan strategi bercampur dengan aktifitas seni rupa yang mengolah rasa, pikiran, emosi dan artistik dalam panggung bersama yang akan memacu adrenalin. Ini adalah pertunjukan interaktif dimana partisipasi penonton menjadi bagian karya.